Header Ads

PALA, BANDA, HARA dan HARAP

Pala menjadi berkah sekaligus bencana bagi orang Banda, yang pernah dibunuh dan terusir dari tanah airnya. Mungkin banyak dari kita tidak terlalu memahami saat dulu belajar sejarah di bangku sekolah.

Yup benar, Genosida di Nusantara pertama kalinya terjadi disini. Pada tahun 1621, Korporasi Multinasional VOC yang dipimpin oleh Gubernur Jendral JP Coen dan pasukannya tercatat dalam sejarah telah membunuh ribuan orang Banda. Awalnya ada 15.000 penduduk hingga akhirnya setelah peristiwa berakhir hanya tersisa 1000 orang saja.
Oleh karena itulah, saat ini bisa dibilang jarang bisa ditemui Orang Banda asli disana, kebanyakan adalah pendatang.

Masyarakat Wandan (Banda Neira, saat ini). Mereka meyakini, Islam masuk di Maluku, berawal dari Kepulauan Banda. Konon, di Tahun 623 M, jauh sebelum kedatangan gerombolan VOC Radikal, seorang ulama asal Arab datang ke tanah Wandan berdakwah menyiarkan agama Islam.

Ulama itu diyakini hingga kini sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq, sang Guru Besar ilmu Tassawuf.  Demikian juga ulama Salman Al-Farizi pada tahun 625 berdakwah di Perlak Aceh Timur, yang kemudian kembali ke Madinah pada tahun 626.
Menurut catatan, berkat karamah yang diberikan Allah SWT kepada Abubakar Ash-Shiddiq, sehingga dalam waktu yang bersamaan Dia kemudian mengIslamkan secara massal warga Wandan di Pantai Nusuraja, termasuk beberapa keponakan Oyang Minkum yang kemudian menjadi ulama dan raja di Negeri Wandan.

Kembali ke pala, kualitas pala dari Banda dinilai menjadi yang No.1 di Dunia, salah satunya karena kualitas tanah vulkanis disana yg sangat cocok. Daerah lain seperti Ungaran meski bijinya berasal dari Banda tapi kualitasnya masih dibawah. Begitupun dengan yang ada di Aceh.

Pala dahulu menjadi komoditi yang populer di perdagangan internasional, banyak pula legenda mistisme di masyarakat yang membalut hadirnya buah Pala di tanah Banda. Pala memang luar biasa, dari Daun hingga bahkan Kulitnya pun bisa dimanfaatkan. Pala pernah digilai masyarakat internasional.
Tapi kini tidak perlu menjadi Se-RADIKAL VOC untuk menikmati rempah seperti Pala. Tinggal tap and go secara online  lewat marketplace-marketplace kekinian yang majority shareholdernya juga dimiliki Multinasional Company Asing layaknya VOC, meski tidak membunuh genosida secara fisik, hanya mengiris secara ekonomi.

- Dicky Rinaldo -
Saya olah dari berbagai banyak referensi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.