Header Ads

Manusia Tidak Diciptakan Dari Air Hina

Artikel tentang Penciptaan Manusia ini ditulis oleh Habib Rais Ridjaly AQ - Majlis Al Abrar Indonesia

Sangat disayangkan masih banyak manusia atau orang2 berilmu yang berpandangan bahwa manusia  berasal dari "Air Yang Hina" .

Persipsi tentang "Air Yang Hina", pastilah air yang kotor dan menjijikkan, air tsb tdk memiliki derajat kemuliaan, karena berasal dari sumber2 yang menjijikkan, atau air yang tercampur najis atau air yang berasal dari comberan tentunya, itulah persepsi air yang hina.

Sementara kita sama tau bahwa : asal muasal manusia setelah Nabi Adam alaihi salam, adalah dari " sperma/air manni", bagaimana mungkin bahwa sperma/air manni itu adalah sesuatu yang HINA, itu sangat mustahil, karena asal muasal Manni/sperma itu sebagai berikut :

Allah menciptakan laki & perempuan, pada keduanya disisipkan keinginan azali untuk saling memberikan sesuatu yg sangat berharga dari keduanya sebagai pengejawantahan keinginan Allah mencipta manusia melalui kedua makhluk tsb.

Saat Sirrullâh itu bekerja pd masing2 dr keduanya, maka dengan ijin-Nya, timbullah Syahwat sebagai kendaraan jiwa yang mutma'inah (nafsu adalah kendaraan jiwa amarah), untuk memperjalankan Sirrullâh tsb.

Saat Sirrullâh tsb berjalan, ia mencapai puncak di otak maskulin sebagai kenikmatan yang terpancar menjadi Nûr cahaya yang PUTIH gemilang, cahaya itu berubah menjadi kenikmatan yang berfungsi menangkap cahaya feminin yang KUNING kemilau bagaikan emas 24 karat. Dengan tangkapan itu, percampuran tsb bernama  Nutfah. Keduanya bergandeng dalam satu kesatuan bagaikan dua potong kain ihram yang telah menyatu dalam miqat di Bir Aliy atas diri seseorang.

Dalam kesatuan itu, mengalirlah Nutfah menuju tempat perkumpulan, dan tanpa kesadaran pribadinya, jatuhlah ia ke pelataran luas, yang menyebabkan ia tercerai burai menjadi 900.000.000. sel sperma.

Sungguh indah bagaikan berdiri di garis thawaf saat thawaf qudum bagi setiap jiwa yang menanti ketentuan-Nya untuk dilahirkan & seketika dari kumparan Kasih Sayang-Nya Allah SWT, terdengar teriakan yang menyesakkan harapan ;

QS.7:172
Ketika Tuhanmu menjadikan keturunan anak Adam dari pada tulang punggung mereka, DIA persaksikan dengan diri mereka sendiri, Allah berfirman : Bukankah AKU Tuhan kamu ? (Alastu birabbikum), sahutnya : Ya kami menjadi saksi (Qâlû balâ syahidnâ), supaya kamu jangan mengatakan pada hari kiamat : sesungguhnya Kami lengah terhadap perihal itu.

Di dalam ayat tersebut di atas, kata "rabbikum" seharusnya diartikan sebagai "Pemelihara kamu", karena setelah pertanyaan dan jawaban diberikan, maka bagaikan komando thawaf, semuanya bergerak menuju pintu masuknya hajaratul aswad.

Jawaban "qâlû balâ syahidnâ" adalah merupakan tindakan pembuktian apakah engkau saat di jaman azali itu dipersaksikan dengan lolosnya engkau masuk kedalam inkubasi yg bernama rahim demi pemeliharaan selama 9 bulan 10 hari ?.

Semua prosesi perjalanan bakal manusia yg telah dijabarkan diatas, belum ada bagian yang menggambarkan SUATU KEHINAAN, bahkan memperlihatkan keagungan Tuhan yang maha dahsyat.

Sampai waktunya pemeliharaan tersebut, maka manusia itu siap diperjalankan menuju alam wisata nya, yaitu alam dunia, untuk menjalani seluruh prosesi saat di alam azali/alam syurgawi nya, sebagai bentuk rasa syukur atas rahmat Allah SWT kepadanya.

Maka melalui pertarungan mati hidup sang bunda, terlahirlah engkau dengan tangisan awal sebagai isyarat perjuanganmu kelak.

Sabda Nabi SAW :

Mâ min mauludin illâ yûladu 'alâl fithtratin, fa'bawàhu yahuwwidanihi au yunashsharânihi au yumajjisânihi

Artinya :
Setiap anak yang terlahir adalah fitrah/suci, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi (HR. Bukhari)

Sampai disinipun, belum terlihat atau terindikasi bahwa asal manusia itu HINA & kotor.

Saat kelahiran, semua yg hadir berbahagia dan gembira menyambut kedatangan makhluk mulia yang indah mempesona :

QS. 95 : 4
Sesungguhnya KAMI ciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk.

QS. 30 : 30
Maka luruskanlah (hadapkanlah) mukamu ke arah agama serta condong kepadanya. Itulah agama Allah yang dijadikan-Nya manusia sesuai dengan DIA, tiadalah bertukar perbuatan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.

Dua ayat Qur'an di ataspun malah menunjukkan asal manusia dijadikan dengan contoh dan rupa yang tdk bersalahan. Semua itu telah menunjukkan betapa mulianya manusia dalam penciptaan tersebut.

Bahkan QS. 17 : 70, pun menggambarkan tentang kemuliaannya manusia.

Jika kita merujuk kepada :
QS. 77 : 20 ,
"Alam nakhluqkkum min mâ-in mahiinin.

"Bukankah KAMI jadikan kamu dari AIR YANG HINA (kotor)"

Jika karena ada kata "hiinin" lalu diartikan sebagai "hina" alias kotor, maka itu adalah sesuatu yang sangat bertentangan dengan semua kemulian asal manusia yang telah saya jelaskan di atas, kecuali harus memiliki pandangan baru tentang arti dari "min mâ-in mâhiiniin" tsb.  Kata HINA dalam kaedah bahasa Indonesia memang menjadikan pengertian yang "kotor/rendahan nilainya" bagi penyandang kata HINA tsb.

Sedangkan kata HIININ atau dibaca HIIN, memiliki beberapa pecahan arti, yg kemudian bisa menjadikan kata HIIN  itu akan mendukung semua proses kemuliaan asal manusia dan bukan sebagai kehinaan atau kotor.

Kata MAHIIN berasal dari kata AHANA yang diartikan sebagai "lemah" (hina/kotor), atau "menjelekkan".

Di dalam QS. 19 : 9 , ada pecahan kata "Hiin" , yaitu kata "Hayyinu" yang berarti "Mudah"

Qâla rabbuka huwa 'alayya "hayyinu"

Tuhan berfirman, hal itu adalah MUDAH bagi-Ku ......

Kata MUDAH disini menunjukkan tidak ada kesulitan, dan lawan dari ketidakadaan kesulitan adalah KESENANGAN.

Sedangkan dalam QS. 25 : 63, di dalamnya ada pecahan dari kata HIIN, yaitu kata HAUNA, yang diberi arti : DENGAN TENANG

Wa 'ibâdur rahmânil ladzîna hamsyûna 'alâl ardli "haunan"..... dst nya.

Kata HAUNAN atau HAUNA, bermakna TENANG.

Kata HAYYINU bermakna MUDAH

Kata MAHIIN, secara tujuan yg terdapat pada QS. 77 : 20, "HARUS" dapat diartikan sebagai berikut :

Kata MAHIIN terbagi atas kata MA (isim maqam) yaitu menunjukkan TEMPAT, sedangkan kata HIIN, dapat diartikan berasal dari kata "Hana-a yahna-u" yang memberi arti "SENANG / BAHAGIA"

Contoh dari kata "Hana-a", yaitu : "Nûrul hanâ" (cahaya kesenangan), atau kata "Sederhana" yang berasal dari kata "Sadri" (dada) & "Hanâ" (senang, lega, mudah, bahagia), jadi kata "Sederhana" yaitu orang senang & bahagia.

Maka dengan demikian, kata "min mâ-in mahiin" merujuk kepada "ma" (tempat) & "hiin" (kesenangan), maka arti dari QS. 77 : 20 adalah :

"Bukankah KAMI jadikan kamu DARI AIR DI TEMPAT SENANG ?.

Siapa yang bisa membantah bahwa manusia itu tidak dijadikan di TEMPAT KESENANGAN ?

Karena di tempat senang yang menjadikan kesenangan maskulin & feminin, & dengan  penuh kenikmatan pula sebagai puncak kesenangan, maka lahirlah engkau.

Semoga tercerahkan !

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.